Kondisi sekering inikah yang mereka sebut kemajuan? Keadaan semalas inikah yang mereka namakan hasil ilmu pengetahuan? Bahkan, sekadar menjentikkan jari pun, manusia-manusia yang menyebut dirinya sebagai makhluk paling sempurna itu enggan.
Kini, segala instruksi cukup berhenti di kepala. Cukup berpikir bahwa kau haus, minuman akan datang dengan sendirinya. Cukup berniat untuk makan, apa pun menu yang kau inginkan akan terhidang. Sungguh nyaman; bagi beberapa orang.
Zaman super otomasi yang tengah berlaku sekarang ini terjadi sejak diperkenalkannya Telekinechip sepuluh tahun lalu oleh Dr. Verza. Benda kecil yang ditanam pada otak itu seolah mengambil alih seluruh gerakan manusia.
Sejak kepunahan robot karena infeksi virus Rob yang membuat semua robot kehilangan sistem ingatannya, Dr. Verza mengurung diri dalam laboratoriumnya. Ia sama sekali tak keluar dari ruang kerjanya.
Felizia, asisten Dr. Verza, hanya bertugas mengantarkan suplemen karbohidrat dua bulan sekali ke ruangan ilmuwan, yang oleh seantero Bumi, telah dicap gagal karena tidak bisa mencegah para robot dari kepunahan. Ia terus bekerja dan bekerja, tanpa seorang pun tahu apa yang sedang ia kerjakan.
Virus Rob sejatinya adalah sistem deaktivasi robot asisten secara permanen. Virus ini sengaja ditanam sebagai batas pemakaian wajar. Jika pemakaian robot asisten melampaui kewajaran, secara otomatis ia akan mematikan dirinya sendiri.
Ketergantungan manusia terhadap robot asisten yang sangat akut terjadi bukan tanpa alasan. Pandemi Covid-19 yang tak berujung karena virus-virus yang terus bermutasi, membuat manusia diliputi kecurigaan. Manusia telah memvonis manusia yang lain sebagai pembawa virus, pengantar kematian.
Kecurigaan inilah yang pada akhirnya membuat para ilmuwan melakukan penciptaan robot-robot asisten untuk mengurangi, bahkan menghilangkan interaksi langsung antar manusia: mulai dari robot pencuci piring, robot pembersih kaca, hingga robot toilet.
Kebutuhan akan robot yang terus meningkat, membuat kebutuhan akan logam seperti besi, alumunium, dan baja pun ikut naik. Setali tiga uang dengan kebutuhan akan plastik.
Maka, pengerukan tanah terus dilakukan oleh robot penambang. Lahan pertambangan logam pun kian hari kian meluas.
Awalnya, wilayah pertambangan hanya dipusatkan pada daerah-daerah tebing pegunungan. Namun, kian hari, hutan-hutan pun mesti dikeruk dan dialihfungsikan menjadi area tambang.
Pada suatu hari, Shean, Kepala Badan Konservator Lingkungan, mengumumkan hanya tersisa satu hutan yang belum berubah menjadi tambang.
Volume air di Bumi pun jauh menyusut. Bahkan, ratusan sungai telah dinyatakan kering. Jelas, mengeringnya sumber-sumber air adalah mimpi buruk bagi eksistensi makhluk hidup, terutama manusia.
Shean mencoba berkoordinasi dengan Kepala Operator Tambang, Ir. Wilde, untuk segera menghentikan deforestasi. Namun, desakan masyarakat dunia yang masih membutuhkan pasokan robot asisten membuat upaya penyelamatan hutan mendapatkan penolakan besar-besaran dan macet di tengah jalan.
Kondisi semacam ini sebenarnya telah diingatkan oleh Felizia jauh-jauh hari, sebelum penggunaan robot asisten menjadi sangat masif seperti sekarang. Dalam konferensi pers persiapan proyek produksi massal robot asisten, Januari 2087, Felizia mengatakan, robot asisten haruslah dipergunakan secara bijak.
Ia menuturkan, sebisa mungkin, masyarakat tetap melakukan kegiatan dalam rumah, seperti menyapu, mencuci, dan menyetrika secara mandiri.
Pada saat itu, lebih dari separuh masyarakat dunia telah menandatangani perjanjian penggunaan secara bijak robot asisten. Kini, rupanya masyarakat mengingkari janjinya.
Dalam perjanjian itu, jika masyarakat mengingkarinya, maka secara otomatis robot asisten akan mengaktifkan virus Rob dan ia akan amnesia lalu mati dengan sendirinya.
“Bumi telah menjadi sedemikian kering, dan manusia telah berevolusi menjadi makhluk super malas! Mereka telah mengingkari janjinya sendiri, dan saat kekacauan semacam ini terjadi, tetap aku yang dipersalahkan!”
Demikian Dr. Verza mengutuk-ngutuk masyarakat yang plin-plan sebelum ia memutuskan untuk mengurung dirinya dalam laboratorium.
Siang ini, matahari terlihat semakin merah. Jarak matahari dengan Bumi sepertinya kian mendekat. Dr. Verza berkeliling dunia menggunakan kapsul terbang.
Ia melihat tanah-tanah yang telah kering, kini mulai menimbulkan retakan-retakan panjang. Tumpukan bangkai robot ada di mana-mana.
Pada 2101 ini, wabah pandemi akibat bangkai robot yang menumpuk tengah terjadi. Virus Rob yang dulu menjangkiti para robot, telah bermutasi menjadi virus Humanoclum.
Virus tersebut menyebar melalui perangkat lunak robot asisten ke dalam chipset yang tertanam di otak manusia. Jutaan manusia dikabarkan telah menjadi kaku karena virus ini. Ya, mereka hanya kaku, tapi tetap hidup.
Pohon-pohon telah tumbang seluruhnya. Tiada manusia di luar. Bumi yang mahakering ini jelas tak mungkin bisa ditinggali lagi lima atau sepuluh tahun ke depan.
Setelah memastikan tidak akan ada manusia di luar rumah, Dr. Verza kembali ke laboratorium. Ia berjalan ke ruangan kontrol Telekinechip. Rupanya Felizia, Ir. Wilde, dan Shean telah menunggunya di sana.
Mereka berempat kompak melepaskan Telekinechip masing-masing dan segera membakarnya.
“Kalian siap?” tanya Dr. Verza kepada tiga orang lainnya dan dijawab dengan anggukan mantap. Dr. Verza membuka sebuah laci dan menekan tombol merah di dalamnya yang bertuliskan:
MODE PENGHANCURAN!