Multatuli

Kronik Multatuli
Ilustrasi Multatuli (Diakronik/Hastomo Dwi Putra)

Penulis: Tirto Adhi Soerjo

Dimuat Medan Prijaji Edisi Nomor 8, Sabtu 26 Februari 1910

Multatuli jang gambarnja soeda terloekis di dalam Medan Prijaji ini ada nama pengarangnja p. t. Ed. Doewes Dekker, almarhum Assistant-Resdent Lebak.

Multatuli ada satoe pengarang jang mashoer namanja di antero doenia; bebrapa boekoe soeda di karangnja, dan antara bebrapa boekoe itoe jang menjatakan bela-nja pada kami Boemi poetra jaitoe boekoe jang beralamat “Max Havelaar”.

Dalam Max Havelaar ada di rawikan betapa bilau soeda sia-sia mentjari kebenaran kerna bilau soeda mengoesik halnja Bopati Lebak, jang sanget kedjamnja itoe, dan tida sekali-kali mempoenjai hati manoesia pada melakoekan kekedjaman dan peresan pada orang ketjil, sehingga kabopaten itoe djadi soenji kerana orang-orang ketjil sama lari kelaen negri, kerana tida dapet ketantoen hoekoem dan kemerdikaan orang, selaloe marika itoe ada djadi makanannja Bopati dan sanak keloewarganja.

Sindiran Multatuli pada pidatoanja dihadepan prijaji-prijaji di Lebak, jaitoe Multatuli beroetjap, akan di toendjoek di mana tempat ia soeda mendeder, ta di ertikan olih Bopati dan kawan-kawannja.

Max Havelaar-nja Multatuli soeda djadi kemoerkaanja orang banjak di Nederland pada moela-moela, moerka kerana tida di ertikan akan kepentinganja, dan Nederland blon mengerti bahwa kegoenaan Hindia ada kegoenaanja lembat laoen maka di ertikanlah segala apa jang dimakseod olih Multatuli itoe, sehingga kami boemi poetra dapet bebrapa perobahan akan menentoekan ketentoean hoekoem kita dan kemerdikaan orang kita ada di sebabkan banjak bagian lantaran oepajanja Multatuli.

Multatuli soeda wafat di loar keradjaan Nederland dan di dalam pri jang sia-sia.

Keadaan jang di wartakan olih Multatuli dalam Max Havelaar-nja, walau hingga kini telah laloe bebrapa poeloe taoen masi djoega di dapet di Paresidenan Banten.

Pembatja kita misi inget hal-hal jang telah kedjadian di bilangan Pandeglang sebagi itoe telah kita rawikan disini, dan hingga sekarang tida brentinja kita dapet pengadoen berdjenis-djenis, dari Paresidenan Banten.

Soenglapan wang masdjid di Menes, soeda abis dan soedahlah Patih disana dapet kebrentian dari djabatanja.

Dalam soerat kabar Bat. Nieuwsblad soerat kabar mana ada mengitoeng djoega satoe naamgenoot atau ketoerpenanja Multatuli, jang sedikit tempo jang laloe maoe memompa soepaja djadi pemimpin soerat kabarnja Boedi Oetomo, selaloe membende kebaikan belaka dari fihak Paresidenan Banten, dan djarang atau tida perna mewartakan hal-hal jang tertjela, kerana sadja Lidin pembantoe B. N. ada adik dari salah satoe Bopati di Paresidenan Banten.

Lidin senang sekali poedji Regent Serang. Lidin pande sekali melindoengi Regent Serang, ja Lidin pande sekali poekoel gembreng saolah-olah apa jang di tjritakan dari djaratannja tida di dapet di laen tempat dan di perboeat olih Bopati-Bopati diloear Paresidenan Banten.

Hal-hal jang biasa, weet U, tentang sekolahan desa, tentang lessbibliotheek, tentang perhimpoenan, tentang Anak-regent wong tani… tetapi tentang keangkatan satoe orang jang mengantongin groot-ambtenaars exsamen djadi prijaji jang bolih di djahat oleh orang jang mengantongin soerat oedjian sekolaan setalen tentang lakoe-lakoenja Raad Agama, sehingga Pengoeloe brani toetoep dengan zegel peti besi orang; tentang prijaji jang mengantongin soerat diploma H. B. S. bertaon-taon misi sadja djadi Asistent Wedono, tentang bertaon-taonnja prijaji boekan sanak Bopati pada masa ini menoenggoe kenaikan; tentang madjoenja penjorongan automobiel akan prijaji-prijaji jang sanak Bopati-Bopati sekarang, tentang… Lidin dan naamgenootnja Multatuli tinggal boengken, ja, ja, sebab Lidin pembantoe Bat. Ndbl ada saudara dari saorang Bopati dari Peresidenan Banten jang lagi asik membikin familie regeering, dan naamgenootnja Multatuli jang djadi Redacteurnja Bataviaasch Nieuwsblad, ketika pigi ke Banten soeda dapet pesanggoepan akan dibli aandeel-aandeelnja jang akan dijoeal akan menerbitkan soerat kabar harian, olih orang-orang jang djadi cornuitnja Lidin jang tida laen melaenkan bikin reclame boeat seorang Bopati jang perboeatanja loemprah atau djamak sadja.

Toendjoeklah hai Lidin dan Bat. Nwbl apa kesenanganja anak negri di Banten, jang selaloe tida betah tinggal beroesaha didoesoennja, anak negri Banten jang selaloe pigi beroesaha di Betawi dan di Lampoeng atau laen-laen tempat.

Tjari apa sebabnja itoe, djangan teboeroe-boeroe sebabkan ini itoe, tetapi tjarilah pada hal-hal kenaikan prijaji, keangkatan naib-naib, pilihan djaro atau kepala dessa.

Prijaji Banten banjak jang miskin, ja hingga bajar soerat kabar tidak mampoe, N. V Medan Prijaji selaloe dapet soesah dengan lengganan-lenggananja di Banten, apa sebab, sebab prijaji ketjil djadi makananja prijaji besar, prijaji ketjil tida bisa makan orang ketjil, sebab djoega orang ketjil djadi makananja prijaji besar, dari itoe prijaji besar sadjalah jang mampoe bli soerat kabar, dan boekan soerat kabar sembarangan hanja soerat kabar Bataviaasch Nieuwsblad dan tjidschrift Binenlandsch Bestuur, sebab D(odol) D(epok) dari B. N. sanget manisnja, sedeng Resident Overdijn dari Banten djadi Redacteur dari tijdschrif Binnenlandsch Bestuur en doea-doeanja, jani en B. N. en tijdschrift B. B. ada di terbitkan olih satoe tjitak.

Seorang prijaji (Ass. Wed.) soeda djadi korbanja fitna, di boei, di toentoet di moeka hakim, tapi lepas, bahwa tida salah, pada permoelaan taoen 1909 itoe Assistant Wedono soeda dateng pada kita akan minta toeloeng boeat dapet gadjihnja selama ia di schrost. Bekas Ass. Wedono ini laloe kita bawain soerat pada Directeur Bin. Bestuur toean de Graaff, dan ini toean sanggoepin akan oeroes itoe hal, tetapi kerna di Banten ada satoe Resident jang djadi Redacteur, maka hingga sekarang permoehoenan itoe di tindis dengan tima penindis sabrat-bratnja sehingga tida bisa di angkat olih klerk-klerk jang biasanja pakerdjaanja di sambi dengan bedjanda sambitan dengan bundel-bundel soerat satoe antara jang laen dan tida brentinja poeloeng rokok sigaret dan masoek keloewar akan boeang kajoe geretan, tapi persetan itoe permoehoenan-permoehoenan atau soerat-soerat jang perloe. Persetan itoe bekas Ass. Wedono jang menoenggoe gadjih sebaratnja sampe djatoeh melarat.

Ja, ja, Droogstoppels dan Slijmeringnja Multatuli misi idoep.


Catatan: Redaksi Diakronik.com menuliskan kembali esai Tirto Adhi Soerjo tanpa mengubah penggunaan kata dan struktur kalimat. Pemuatan ulang karya Tirto sebagai bagian kerja-kerja kliping yang kami lakukan.

Editor: Akbar Ridwan

ARTIKEL LAINNYA

Gerakan PRD di Nganjuk Setelah Peristiwa Kudatuli 1996
Pawai Terakhir Mayday, Gagalnya Istana Buruh, dan Lintang Kemukus 1965
Pergerakan Sekerdja
Kaoem Modal Menangis Lantaran Crisis, Kaoem Boeroeh Ta’ Maoe Mengemis dan Teroes Berbaris!

Temukan Artikel Anda!